PERSEMBAHAN YANG MURNI UNTUK KEMULIAAN TUHAN
JUMAT, 17 OKTOBER 2025 // PUKUL 07.00 WIB
Bacaan Ayat Hari Ini
RENUNGAN
“Persembahan yang Murni untuk Kemuliaan Tuhan”
Pada waktu Musa selesai mendirikan Kemah Suci, diurapinya
dan dikuduskannyalah itu dengan segala perabotannya, juga mezbah dengan segala perkakasnya; dan setelah diurapi dan dikuduskannya semuanya itu,
maka para pemimpin Israel, para kepala suku mereka, mempersembahkan persembahan. Mereka itu ialah para pemimpin suku yang bertanggung jawab atas pencatatan itu.”
Bilangan 7:1-2
Observasi / amati ayat-ayat ini:
- Kitab Bilangan ditulis oleh Musa dan ditujukan kepada bangsa Israel.
- Secara khusus Bilangan 7:1-2 berisi Musa telah menyelesaikan pendirian Kemah Suci beserta semua perlengkapannya, Musa mengurapi / menguduskannya untuk tujuan ibadah kepada Tuhan. Juga para pemimpin / kepala-kepala suku mempersembahkan persembahan yang murni bagi Tuhan.
Interpretasi / yang dapat kita pelajari adalah:
Bapak, ibu, saudara yang dikasihi Tuhan, setiap kali Tuhan menyelesaikan suatu pekerjaan besar di tengah umat-Nya, selalu ada momen untuk mempersembahkan kembali segala kemuliaan kepada Tuhan.
Dalam Bilangan 7 ini bangsa Israel baru saja menyelesaikan pembangunan Kemah Suci, tempat di mana kehadiran Allah akan nyata di tengah umat-Nya. Namun, yang menarik bukan hanya kemah itu sendiri, melainkan respon umat Tuhan, khususnya para pemimpin suku yang datang membawa persembahan sukarela sebagai ungkapan syukur dan dedikasi mereka kepada Tuhan.
Ini bukan tentang banyaknya pemberian, tapi tentang hati yang ingin menyenangkan Tuhan.
1. Pekerjaan Tuhan Harus Diselesaikan dengan Pengurapan dan Penyucian (ayat 1)
Musa telah menyelesaikan Kemah Suci, namun pekerjaan itu belum sempurna sampai Tuhan sendiri menguduskannya. Musa tidak hanya berhenti pada keberhasilan fisik, tetapi melangkah lebih jauh, ia mengurapi dan menyucikan kemah itu beserta segala perabotnya.
Ini mengajarkan bahwa dalam pelayanan Tuhan, kita tidak boleh berhenti pada hasil yang tampak, seperti gedung gereja yang megah, program pelayanan yang besar, atau keberhasilan administrasi. Semua itu belum berarti jika belum diurapi dan disucikan oleh hadirat Tuhan.
Tanpa pengurapan, pelayanan menjadi rutinitas. Tanpa penyucian, ibadah menjadi formalitas. Musa mengerti bahwa Tuhan tidak mencari kemegahan buatan manusia, melainkan kekudusan yang memantulkan kemuliaan-Nya.
Apakah setiap pelayanan yang kita lakukan hari ini sudah kita bawa untuk diurapi dan disucikan oleh Tuhan? Apakah kita lebih sibuk menyelesaikan proyek pelayanan, daripada memastikan Tuhan berkenan atasnya?
2. Para Pemimpin Memberi Persembahan Sebagai Wujud Tanggung Jawab Rohani (ayat 2)
Setelah Musa menguduskan Kemah Suci, para pemimpin suku datang mempersembahkan persembahan mereka. Perhatikan bahwa yang pertama memberi bukan orang biasa, tetapi pemimpin.
Hal ini menunjukkan bahwa:
- Pemimpin rohani harus menjadi teladan dalam memberi, bukan hanya dalam perkataan.
- Kepemimpinan yang sejati tidak diukur dari otoritas, melainkan dari kerendahan hati untuk mempersembahkan diri dan miliknya kepada Tuhan.
Para pemimpin itu memberi bukan karena disuruh, tapi karena mereka rindu ambil bagian dalam penyertaan Tuhan. Mereka sadar bahwa semua yang mereka miliki berasal dari Tuhan, maka layak dikembalikan kepada Tuhan.
Apakah kita memberi karena dorongan kasih, atau karena kewajiban? Apakah pelayanan kita masih memiliki roh persembahan yang murni?
3. Persembahan yang Murni Menyukakan Hati Tuhan
Persembahan para pemimpin ini bukan hanya simbol materi, tetapi ungkapan syukur dan dedikasi. Di ayat-ayat selanjutnya (Bilangan 7:3–88), Alkitab mencatat dengan sangat rinci setiap persembahan mereka.
Tuhan menghargai setiap detail pemberian umat-Nya. Itu menunjukkan bahwa: Tuhan tidak melihat besar atau kecilnya persembahan, tetapi ketulusan hati di baliknya.
Tuhan tidak lupa akan pelayanan yang kita lakukan dalam kesetiaan, meskipun orang lain tidak melihatnya. Ia menghitung setiap air mata, setiap doa, dan setiap persembahan yang keluar dari hati yang mengasihi-Nya.
4. Dari Persembahan ke Persekutuan
Bilangan 7 menandai dimulainya kehadiran Allah di tengah-tengah umat-Nya. Setelah kemah selesai dan persembahan dipersembahkan, hadirat Tuhan turun dan menyatakan diri-Nya dari atas Tabut Perjanjian (Bilangan 7:89). Artinya, persembahan yang benar selalu membuka jalan bagi persekutuan yang lebih dalam dengan Tuhan.
Ketika kita memberi dengan hati yang murni, kita sebenarnya sedang membangun jalan bagi Tuhan untuk hadir lebih kuat dalam kehidupan kita.
Aplikasi / yang bisa kita lakukan adalah:
Bapak, ibu, saudara yang dikasihi Tuhan, dari Bilangan 7:1–2 kita belajar bahwa:
1. Segala pekerjaan Tuhan harus diurapi dan disucikan agar menjadi kudus dan berkenan di hadapan-Nya.
2. Pemimpin rohani harus menjadi teladan dalam memberi dan mempersembahkan diri bagi kemuliaan Tuhan.
3. Tuhan menghargai persembahan yang murni dan tulus, sekecil apa pun.
4. Persembahan yang benar membawa persekutuan yang lebih dalam dengan Tuhan.
Marilah kita mempersembahkan hidup kita — bukan hanya harta, tenaga, atau waktu — tetapi seluruh hati kita, supaya Tuhan melihat wajah-Nya di dalam kita.