BAHAYA API ASING
JUMAT, 5 SEPTEMBER 2025 // PUKUL 07.00 WIB
Bacaan Ayat Hari Ini
RENUNGAN
“Bahaya Api Asing”
Imamat 10:1 Kemudian anak-anak Harun, Nadab dan Abihu, masing-masing mengambil perbaraannya, membubuh api ke dalamnya serta menaruh ukupan di atas api itu. Dengan demikian mereka mempersembahkan ke hadapan TUHAN api yang asing yang tidak diperintahkan-Nya kepada mereka.
Observasi / amati ayat-ayat ini:
- Kitab Imamat ditulis oleh Musa dan ditujukan kepada bangsa Israel.
Kitab Imamat berisi perintah-perintah Allah mengenai tata cara ibadah, kekudusan, dan kehidupan yang benar bagi umat Israel.
- Secara khusus Imamat 10 :1 berisi tentang Nadab dan Abihu mempersembahkan api asing kepada Tuhan dan mereka langsung mengalami penghukuman Tuhan.
Interpretasi / yang dapat kita pelajari adalah:
Bapak, ibu, saudara yang dikasihi Tuhan, ayat ini tampak sederhana—Nadab dan Abihu hanya mempersembahkan api di hadapan Tuhan. Tetapi firman Tuhan menegaskan bahwa api itu adalah api yang lain (atau api asing), yang tidak diperintahkan Tuhan. Dari sini kita belajar bahwa Allah memperhatikan bukan hanya apa yang kita lakukan dalam ibadah, tetapi juga bagaimana kita melakukannya.
1. Api Asing = Ibadah Menurut Selera Manusia
Nadab dan Abihu adalah imam, anak Harun, orang yang dipilih untuk melayani Tuhan. Mereka tidak bodoh, tetapi mereka mengabaikan aturan Tuhan. Mereka mungkin berpikir: “Api ini sama saja, toh tetap untuk Tuhan.” Tetapi Allah berkata: “Itu bukan yang Aku perintahkan.”
Pelajaran penting: Ibadah tidak boleh mengikuti keinginan atau selera manusia, melainkan harus sesuai dengan firman Tuhan.
Api asing melambangkan kreativitas yang salah arah dalam ibadah, yang menggantikan ketaatan dengan kesukaan pribadi.
Kadang orang berkata: “Yang penting tulus.” Tetapi Tuhan mengajar bahwa tulus saja tidak cukup, harus benar di hadapan-Nya.
Yesus berkata dalam Yohanes 14:23 "Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia.”
2. Bahaya Mengabaikan Perintah Tuhan
Dengan mempersembahkan api asing Nadab dan Abihu mengabaikan perintah Tuhan.
Api asing itu membawa konsekuensi berat: Nadab dan Abihu mati di hadapan Tuhan (Imamat 10:2 Maka keluarlah api dari hadapan TUHAN, lalu menghanguskan keduanya, sehingga mati di hadapan TUHAN ).
Ini peringatan keras bagi kita bahwa mengabaikan perintah Tuhan adalah dosa serius.
Dalam pelayanan, kita bisa jatuh pada sikap asal jadi, asal ada, atau asal terlihat rohani. Tetapi Tuhan melihat hati dan ketaatan kita.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa membawa “api asing” ketika kita mencampur kehidupan rohani dengan kompromi dunia: berdoa tapi hatinya penuh dendam, melayani tapi motivasinya mencari pujian, beribadah tapi masih hidup dalam dosa tersembunyi.
Allah tidak berkenan pada api asing, karena itu bukanlah penyembahan yang benar.
3. Allah Menghendaki Api yang Kudus
Dalam Alkitab, api sering melambangkan hadirat Allah, kekudusan, dan Roh Kudus. Di dalam Kemah Suci, api kudus seharusnya diambil dari mezbah yang telah dinyalakan Tuhan sendiri (Imamat 9:24). Tetapi Nadab dan Abihu menggantinya dengan api buatan mereka.
Imamat 9:24 Dan keluarlah api dari hadapan TUHAN, lalu menghanguskan korban bakaran dan segala lemak di atas mezbah. Tatkala seluruh bangsa itu melihatnya, bersorak-sorailah mereka, lalu sujud menyembah.
Ini gambaran bagi kita:
Api kudus = karya Roh Kudus, kasih yang tulus, doa yang murni, pelayanan yang sesuai firman.
Api asing = usaha manusiawi, ambisi pribadi, dan pelayanan tanpa kuasa Roh.
Roma 12:11 berkata: “Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.”
Itu artinya kita harus membiarkan Roh Kudus yang menyalakan api dalam hati kita, bukan mengandalkan kekuatan diri.
Aplikasi / yang bisa kita lakukan adalah:
Imamat 10:1 mengingatkan kita bahwa Tuhan tidak berkenan pada api asing. Ia mau kita datang dengan hati yang tulus, taat, dan menyembah sesuai dengan firman-Nya.
Jadi marilah kita:
1. Menyembah Tuhan bukan menurut selera kita, tetapi sesuai firman-Nya.
2. Menjauhkan diri dari “api asing” dalam hidup: motivasi yang salah, kompromi dosa, dan ibadah yang hanya formalitas.
3. Membiarkan Roh Kudus menyalakan api yang benar di dalam hati kita, sehingga hidup dan pelayanan kita berkenan kepada Allah.