Bau Harum Kristus Ayat: 2 Korintus 2:15 “Sebab bagi Allah kami adalah bau yang harum dari Kristus di tengah-tengah mereka yang diselamatkan dan di antara mereka yang binasa.” Setiap kita pasti punya pengalaman dengan bau. Ada bau yang harum, seperti wangi bunga atau aroma makanan yang membuat kita lapar. Tapi ada juga bau yang busuk, yang membuat kita ingin menjauh. "Bau bisa meninggalkan kesan yang kuat, bahkan lebih lama daripada apa yang kita lihat." Rasul Paulus menggunakan gambaran “bau” untuk menjelaskan identitas kita sebagai orang percaya. Rasul Paulus berkata bahwa kita adalah bau Kristus di dunia ini. Artinya, hidup kita seharusnya memancarkan sesuatu yang nyata, dapat dirasakan orang lain, bukan sekadar perkataan, tetapi sikap, perbuatan, dan gaya hidup yang membawa kesan mendalam bagi mereka yang ada di sekitar kita. Bau yang Harum Bagi Allah Rasul Paulus menegaskan: “Sebab bagi Allah kami adalah bau yang harum dari Kristus.” Perhatikan, bau harum ini pertama-tama untuk Allah, bukan untuk manusia. Dalam Perjanjian Lama, korban persembahan yang dibakar di mezbah disebut sebagai “bau yang harum bagi Tuhan” (Imamat 1:9, 13, 17). Korban itu melambangkan ketaatan umat kepada Allah. Demikian juga ketika hidup kita dipersembahkan bagi Kristus, baik ketaatan, pengorbanan, dan kasih kita, semua itu menjadi bau yang harum yang menyenangkan hati Allah. Jadi, sebelum hidup kita berdampak bagi orang lain, pertanyaan penting adalah: Apakah hidup kita sudah menjadi persembahan yang harum bagi Tuhan? Apakah sikap hati, pikiran, dan tindakan kita menyenangkan Dia? Bau Kristus di Tengah Dunia Rasul Paulus melanjutkan: “…di tengah-tengah mereka yang diselamatkan dan di antara mereka yang binasa.” Artinya, hidup kita sebagai orang percaya di mata dunia, kita akan selalu memberikan reaksi. Ada yang mencium harum Kristus dalam kita, ada juga yang merasa terusik. Bagi mereka yang diselamatkan, kita menjadi penghiburan, kekuatan, dan teladan iman. Kehidupan kita meneguhkan mereka bahwa Kristus nyata. Bagi mereka yang menolak Kristus, kita menjadi bau yang mengganggu. Kehidupan kita yang berbeda dari pola dunia ini sering kali membuat orang merasa tidak nyaman, bahkan menolak kita. Inilah sebabnya Paulus berkata (ayat 16) bahwa bagi yang binasa kita seperti “bau kematian”, tetapi bagi yang diselamatkan kita seperti “bau kehidupan.” Demikian juga dengan kita. Kehidupan kita yang mencerminkan Kristus akan menimbulkan reaksi berbeda pada orang-orang di sekitar kita. Ada yang ditarik lebih dekat kepada Allah, ada yang justru menolak dengan keras. Apa yang harus kita lakukan? 1. Hiduplah dalam kekudusan. Keharuman Kristus tidak bisa muncul dari kehidupan yang kompromi dengan dosa. Kekudusan adalah kesaksian paling kuat. 2. Tunjukkan kasih Kristus. Bau Kristus yang sejati tercium melalui perbuatan kasih: mengampuni, menolong, peduli, dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. 3. Jangan takut ditolak. Jika ada orang yang menolak kita karena iman kita, itu justru tanda bahwa kita sedang memancarkan bau Kristus. Ingat, dunia juga menolak Yesus. 4. Setia bersaksi. Kehidupan kita adalah “parfum rohani” yang berjalan. Tidak perlu selalu dengan kata-kata indah, tetapi dengan tindakan nyata setiap hari. Kiranya hidup kita bukan hanya sekadar “berbau harum” di hadapan manusia, tetapi terutama di hadapan Allah. Mari kita menjadi saksi Kristus yang mengharumkan nama-Nya, baik dalam keluarga, pekerjaan, pelayanan, maupun di tengah masyarakat. Amin.