Ayat Pokok: Imamat 27:2 – “Berbicaralah kepada orang Israel dan katakan kepada mereka: Apabila seseorang bernazar khusus kepada TUHAN menurut nilai orang-orang, maka penilaianmu haruslah demikian.” ________________________________________ Pendahuluan Dalam budaya Israel, nazar adalah ungkapan kasih dan kerelaan hati seseorang kepada Tuhan. Nazar bukanlah kewajiban, melainkan komitmen pribadi yang lahir dari hati yang mengasihi Tuhan. Seseorang yang bernazar berarti ia menyerahkan sesuatu yang berharga—baik dirinya, keluarganya, maupun miliknya—untuk dipersembahkan kepada Allah. Mengapa nazar begitu penting? Karena nazar mencerminkan hubungan pribadi yang dalam antara manusia dan Allah. Tidak ada seorang pun yang dipaksa untuk bernazar, tetapi ketika seseorang memilih untuk bernazar, ia harus menepatinya dengan sungguh-sungguh. Tuhan menghargai janji yang kita ucapkan, dan Dia memandang serius setiap komitmen yang kita buat di hadapan-Nya (Pengkhotbah 5:4-5). Dari sini kita belajar bahwa nazar adalah: 1. Sebuah janji yang lahir dari kerelaan hati.
2. Tanda kasih dan penghormatan kita kepada Allah.
3. Sebuah komitmen yang tidak boleh diingkari. ________________________________________ Poin-poin 1. Nazar Berawal dari Hati yang Mengasihi Tuhan Imamat 27:2 menekankan bahwa nazar itu bersifat khusus bagi Tuhan. Itu berarti nazar bukan sekadar formalitas, tetapi lahir dari kerinduan untuk menghormati Allah. ● Ayat pendukung: Ulangan 23:21 – “Apabila engkau bernazar suatu nazar kepada TUHAN, Allahmu, maka janganlah menunda untuk menunaikannya, sebab tentulah TUHAN, Allahmu, akan menuntutnya daripadamu, dan hal itu akan menjadi dosa bagimu.”
● Contoh: Hana dalam 1 Samuel 1 bernazar menyerahkan Samuel kepada Tuhan, dan ia menepati nazarnya dengan setia.
Aplikasi: Hari ini, bentuk nazar kita bisa berupa janji untuk melayani Tuhan, janji menjaga kekudusan hidup, atau janji mempersembahkan waktu, talenta, maupun materi kita bagi pekerjaan-Nya. Jangan bernazar karena terpaksa atau ingin terlihat rohani, tetapi karena cinta kita kepada Tuhan. ________________________________________ 2. Nazar Adalah Komitmen yang Harus Ditepati Sekali seseorang bernazar, maka itu tidak boleh dianggap enteng. Tuhan menuntut kesetiaan dalam menepati janji. ● Ayat pendukung: Pengkhotbah 5:4-5 – “Apabila engkau bernazar kepada Allah, janganlah menunda menepatinya, karena Allah tidak berkenan kepada orang bebal. Tepatilah apa yang telah kau nazarkan.”
● Contoh negatif: Ananias dan Safira (Kisah Para Rasul 5) yang menahan sebagian dari apa yang sudah mereka janjikan kepada Tuhan.
Aplikasi: Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering membuat janji pada Tuhan, misalnya saat susah: “Tuhan, kalau Engkau tolong aku, aku akan rajin beribadah.” Tapi setelah doa dijawab, sering kali kita lupa. Firman Tuhan mengingatkan agar kita setia dalam menepati janji kepada-Nya, sekecil apapun itu. ________________________________________ 3. Nazar Harus Disertai dengan Kesadaran dan Tanggung Jawab Bernazar tidak boleh sembarangan. Tuhan memberikan aturan dalam Imamat 27 untuk menilai nazar secara adil. Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan ingin umat-Nya bernazar dengan penuh kesadaran, bukan karena emosi sesaat. ● Ayat pendukung: Mazmur 116:14 – “Segala nazarku akan kubayar kepada TUHAN di hadapan seluruh umat-Nya.”
● Nazar adalah tindakan yang menunjukkan kerelaan hati sekaligus kedewasaan iman.
Aplikasi: Kita harus berhati-hati sebelum membuat janji kepada Tuhan. Jangan asal bernazar karena perasaan sesaat. Kalau kita benar-benar ingin berjanji, pastikan kita sanggup dan siap menepatinya. ________________________________________ Kesimpulan Nazar adalah bentuk kasih dan penghormatan kita kepada Allah. Dari Imamat 27:2 kita belajar bahwa: 1. Nazar lahir dari hati yang mengasihi Tuhan.
2. Nazar adalah komitmen yang harus ditepati.
3. Nazar harus dibuat dengan kesadaran dan tanggung jawab.
4. Nazar adalah wujud hidup yang dipersembahkan kepada Tuhan.
Mari kita tidak sembarangan bernazar, tetapi kalau kita sudah bernazar, hendaklah kita menepatinya. Ingatlah, Tuhan menghargai setiap janji kecil maupun besar yang kita ucapkan.